Adin Suryadin, Psi, M.Si.
Ibu Dian merasa bingung memilihkan sekolah untuk anak pertamanya Nira yang masih berusia 4,5 tahun. Ia mengharapkan anaknya bisa bermain dan belajar di Taman Kanak-Kanak atau PAUD yang sesuai dengan keinginan anaknya, namun setiap sampai ke sekolah Nira tidak mau turun dan menunjukkan ekspresi ketakutan dengan menangis dan memegangi tubuh ibunya seakan-akan tidak mau melepaskannya. Nangisnya reda setelah jauh dari sekolah tersebut dan tidak terlihat lagi bangunan dan arena bermain sekolah TK atau PAUD yang barusan ia datangi bersama ibunya.
Ibu dian berusaha mencari tahu kenapa kok putrinya takut sekali apabila memasuki halaman bermain sekolah TK atau PAUD..?. pada saat bermain dengan teman sebaya di rumah nira biasa saja, ceria dan baik perkembangannya. Setelah beberapa saat dan tenang, ibu Dian menanyakan secara baik-baik, ”kenapa kak nira tidak mau masuk ke sekolah ini dan sekolah itu?, kak nira senang sekolah yang mana?”. Sungguh mengejutkan jawaban dari putri bu Dian “aku nggak mau sekolah, aku takut sama ayunan”. Karena hampir si sekolah TK dan PAUD mesti ada mainan ayunannya.
Usut punya usut takutnya nira itu karena punya pengalaman trauma jatuh dari ayunan waktu berusia dua tahun bersama dengan bibinya, jadi setelah itu setiap melihat dan dekat dengan ayunan Nira ketakutan dan menangis.
Kisah di atas menunjukkan anak yang mengalami kecemasan, yang tentunya masih banyak lagi kecemasan-kecemasan anak dengan obyek dan situasi yang berbeda. Sebenarnya apa sih kecemasan itu dan bagaimana cara mengatasinya?.
Kecemasan merupakan ketakutan yang berlebih-lebihan tidak ada stimulasi yang langsung dari luar yang membahayakan pada anak dan ketakutannya berasal dari internal psikis anak (kamus bahasa indonesia, 2005). Kecemasan adalah respon terhadap suatu anacaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (kaplan&sadock, 1997). Berdasarkanpengertian ini ketakutan yang berlebihan yang tidak ada alasan yang jelas dan tidak betul-betul kongkrit subyek yang menakutkanya namun sumber ketakutannya sudah bersifat internal artinya perasaan cemasnya sudah dari kejiwaan anak.
Ada beberapa penyebab kecemasan pada anak :
- Karena pengalaman traumatis, anak yang mengalami pengalaman yang menakutkan dengan kondisi-kondisi tertentu sering dan mudah sekali mengalami kecemasan, karena pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan yang bersifat traumatis akan mengendap dalam perasan internal subyek sehingga respon subyek sering diliputi kecemasan.yang sering mengakibatkan pengalaman Traumatik:
- Anak sering ditakut-takuti dengan sesuatu yang tidak jelas, misalnya Hantu, kegelapan, dll.
- Anak sering dilarang-larang, anak yang sering dilarang akan merasa terhambat aktifitasnya sehingga ia akan merasa cemas untuk merespon suasana dan situsai yang baru.
- Menurut Freud kecemasan terjadi karena ada dorongan-dorongan yang tidak terpuaskan sehingga merasa kecewa dan dengan banyak kekecewaan ini mengakibatkan dalam perasaan subyek tertanam kecemasan menghadapi situasi tertentu dan obyek tertetntu sesuai dengan stimulasi dorongan yang tidak terpuaskan tadi.
Dalam melakukan penanganan terhadap anak yang sudah mengalami kecemasan ada beberapa tahap:
- Tahap pertama jauhkan dulu anak dari stimulasi atau obyek yang membuat anak cemas, misalnya jauhkan dulu dari ayunan atau benda yang membuat dia cemas. Dan alihkan dengan sesuatu yang ia senangi,
- Tahap kedua setelah beberapa hari dan anak merasa sudah tidak mengingat lagi, kita bisa mulai menceritkan mainan ayunan benda itu dengan cara menarik dan menyenagkan, misalnya kita menceritakan bagaimana asyiknya main ayunan itu kita akan mersa asyik diayun-ayun dan didorong-dorong.
- Kalau anak sudah mau mendengarkan cerita kita bisa terus mengulang-ngulang sampai ia menunjukkan ekspresi senang mendengarkannya.
- Tahap ke empat kita bisa memperlihatkan gambar mainan ayunan tersebut kepada anak sambil diceritakan ini gambar ayunan dan begini cara memainkannya, bisa juga ditambah diperlihatkan gambar anak sebaya sedang mainan ayunan.
- Tahap ke lima kita bisa mengajak anak melihat langsung mainan ayunan dari jarak yang agak jauh sambil diceritakan itu mainan ayunan. Setelah anak melihat dan menujukkan ekspresi senang kita bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.
- Pada tahap ke enam ini kita bisa melihatkan anak sebaya main ayunan dihadapan anak kita, sambil diceritakan dan dikomentari wah betapa asyiknya ya anak itu main ayunan.
- Pada tahap ketujuh kita mengajak bersama anak kita main ayunan. Apabila ia mau mengikuti maka kita bisa lanjutkan ke tahap delapan.
- Pada tahapan ini kita bisa melakukan bermain bersama berayun-ayun dengan anak kita, jangan dulu ditinggal sampai ia merasa nyaman bermain ayunan tersebut.
- Secara bertahap kita bisa meninggalkan anak main ayunan sendiri.
Tidak ada batasan waktu dalam perpindahan dari tahap satu ke tahap lainnya, kalau anak sudah merasa senang dan menunjukkan ekspresi senang maka bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
Selamat mencoba….insya Allah ada jalan.
Wallahu a’lam bishowab……