Ayah bunda pada masa ini anak-anak lebih membutuhkan banyak peranan ayah.
Yaitu untuk menanamkan konsep tentang siapa dirinya dan bagaimana dirinya ketika bersikap atau menentukan pilihan.
Biasanya seorang ibu akan lebih tidak tega perasaannya ketika menghadapi anaknya sakit atau marah.
Contoh kasus 1 :
ketika anak bertengkar dengan temannya lalu membalas memukul nya.
Lalu anak bercerita kepada ayahnya. Maka biasanya sikap ayah akan pro kepada anak. Dengan menjawab,”ya.. bales.. pukul saja… oke, lawan dong. “
Ini adalah sikap penguatan ego kepada anaknya.
Namun ketika sang anak bercerita kepada ibunya,maka sang ibu akan menjawab,”aduh dek.. mukulnya jangan sungguh-sungguh ya. jangan keras-keras nanti sakit.”
Ini adalah penguatan empati kepada anak.
dengan adanya kedua sikap tersebut maka anak akan tumbuh rasa percaya diri dibarengi dengan empati.
Misal memukul temannya pun dengan tidak sungguhan.
Contoh kasus 2 :
ketika anak tidak mau berbagi maka dia akan bilang,”ini punyaku …jangan ..nggak boleh…!”
Lalu bagaimanakah sikap kita sebaiknya ?
Kita jangan cepat-cepat menyuruh anak untuk segera berbagi tapi kita harus menghargai egonya karena itu menunjukkan hak kepemilikannya.
Lalu kepada temannya kita ucapkan bahwa dia belum mau berbagi dengannya.
Ketika sudah melihat situasi lebih kondusif apa bisa kita bertanya kepadanya,”
apakah sudah bisa berbagi dengan temannya?”
Sikap tersebut harus terus dikembangkan agar anak memiliki prinsip dalam hidupnya
sehingga anak-anak akan tidak mudah terpengaruh atau ikut-ikutan ke dalam lingkungan yang buruk ketika ia dewasa nanti.
kemudian setelah usia SD anak harus diajarkan bagaimana berbagi dengan teman-temannya bahkan bila ada kecenderungan anak pelit tidak suka berbagi maka wajib bagi kita untuk mengarahkannya.
Demikian ayah bunda semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Ust. Nani Wijayanti