Pola Asuh Positif
Oleh : Adin Suryadin,Psi,M.Si
Perilaku orangtua dalam mendidik anak sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak yang hebat (incredible).Tak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua. Tetapi, orangtua tetap perlu belajar menerapkan pola pengasuhan yang positif agar dapat membentuk karakter positif pada anak di masa depan.
Apa itu pola asuh positif…? pola asuh positif yaitu pola asuh yang menerima anak apa adanya dengan berusaha membimbing dan menyesuaikan dengan karakter dan kemampuan anak dengan selalu berusaha mendorong secara positif untuk kemajuan anak. Pola asuh positif ini bagian dari pola asuh autoritaif (pola asuh demokratis) dimana pada pola asuh positif ini selalu memandang positif dan kebaikan pada anak dengan terus memberi dorongan / motivasi yang positif, sehingga diharapkan terbentuk karakter positif pada anak.
Beberapa tips mendidik positif bagi anak :
- Berkomunikasilah secara positif. Orangtua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orangtua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya “Jangan malas-malas”. Tapi akan lebih baik jika mengatakan “Ayo dong semangat belajar, kamu pasti bisa kalau mau melakukannya, lebih baik yang ini dulu baru yang lainya”, dan masih banyak lagi kata yang lainnya, yang intinya komunikasi dalam pola asuh positif tidak ada larangan (diganti dengan kata ajakan ke arah yang lebih baik), tidak banyak memerintah namun mengajak anak dengan menarik dan pendekatan persuasif yang diharapkan anak merasa nyaman dan merasa senang melakukan apapun instruksi dari oarang tua.
- Hindari membandingkan dengan adik, kakaknya atau dengan anak lain.
Jangan membandingkan dengan yang lain, tapi bandingkan dengan kemajuan yang diperoleh buah hati. Jangan mengatakan “Kakak kamu lebih hebat atau kakak kamu lebih rajin belajarnya, jadi kamu harus seperti dia dong. Harusnya katakan ”kamu pasti bisa lebih baik nilainya dari ini”, atau katakan “masih ada kesempatan untuk memperbaiki nilai kamu”, dan seterusnya. - Dorong anak untuk ikut kompetisi. Terutama pada anak yang berusia 5 – 8 tahun yang lagi senang-senangnya berkompetisi karena dari perkembangan kognitifnya lagi senang-senangnya untuk menunjukkan kebisaannya dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi kalau sudah 12 tahun keinginan untuk berkompetisi turun. Jadi kalau ingin membentuk anak yang hebat, ajaklah berkompetisi sejak kecil. Katakan “ayo lomba berlari dengan bapak atau kakak, siapa yang duluan mencapai pohon itu akan mendapatkan ……” dan seterusnya, namun dalam memberikan perlombaan ini harus hati-hati terhadap anak yang sensitif, jangan sampai kompetisi ini terlalu sulit bagi anak, dan jangan sampai ia terus merasa kalah selalu, berilah semangat dan kesempatan untuk menang.
- Hindari memotong pembicaraan. Seringkali orangtua tidak sabar mendengarkan perkataan anak dan selalu menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak juga ingin dihargai pendapatnya. Bahkan sebaiknya pada saat anak bicara tatap mata anak dengan penuh harapan dan keinginan untuk mendengarkan informasi dari anak, dan berilah kata-kata umpan balik misalnya : ”oya”, begitu to, oh, atau hemm, dan ya ya”. Jika ini dilakukan bisa melatih anak berani mengemukakan pendapat, atau gagasan yang dimilikinya.
- Fokus pada tujuan terkadang orangtua asal memerintahkan. Misalnya, mengatakan jangan lupa baju olah ragamu dibawa pulang atau mengatakan jangan malu bertanya nanti sesat di jalan. Lebih baik mengatakan, ” kamu pasti ingat untuk membawa baju olah ragamu”, “Kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas,”. Jadi bicaranya lebih positif sehingga membuat anak menjadi terinspirasi.
- Memberikan banyak pujian, tentunya di tempat dan waktu yang tepat
terlalu banyak waktu anda yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk buah hati. Sebaliknya, anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali anda perlu mengucapkan, “Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula.” - Berikan pelukan, belaian, dan ciuman. Biasakan memeluk buah hati hingga 12 kali sehari. Tujuannya supaya ia merasakan adanya kedekatan, kehangatan sehingga mampu membangun ikatan emosional yang baik disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orangtuanya, pelukan ini akan menambah kekuatan dan percaya diri dalam menyelesaikan masalahnya anak sendiri.
- Membangun aturan sederhana. Melatih kedisiplinan bisa dilakukan dengan membangun rutinitas misalnya: jam makan, jam tidur, makan pada tempat yang benar, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup secara disiplin. Meski demikian, sebagai orangtua harus memberikan contoh melakukan kedisiplinan. Jangan terus dilanggar.
- Hindari untuk bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Misalnya dengan dibiarkan sejenak atau berilah senyuman dan bantuankecil agar merasa nyaman dan keluar dari perasaan jengkel dan kesal tersebut. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.
Dalam melakukan tips-tips ini anda bisa mengembangkan sesuai situasi dan kondisi di lapangan yang tentunya akan lebih bervariasi dan kompleks permasalahanya…selamat mencoba semoga bermanfaat…Wallahu A’lam bish-showab…